Ketahui lah bung aku telah lama
Tiga tahun duduk dibangku tanpa alas ini
Aku menunggu karib yang telah lama
Karib yang tidak sadar betapa aku menunggu
Siang hari saat ku lihat pengamen kecil itu pergi dengan sendal kotornya
Malam hari saat ku menyadari kelelahan yang terpancar dari mimik pengamen kecil itu
Kala butiran air menetes
Kala debu bertebaran akibat gesekan pejalan kaki
Kala daun coklat kering yang kau pegang itu masihlah hijau
Kala bangku ini masih tercat pernis dengan rapi
Aku tidak sadar waktu ku banyak terbuang
Aku tidak peduli itu
Kenapa aku peduli?
Aku setia menunggu karib ku kembali
Walau punggung ini terasa seperti ditebas
Mata ini serasa mengantuk
Tangan ini berpeluh menahan badan ku
Aku tetap setia menunggu
Datang lah karib ku
Tak perlu cepat
Pelan saja
Karena yang cepat datang
Lebih sering cepat pergi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar